Rabu, 14 November 2007

Selasa, 13 November 2007

Kisah-kisah yang tertebar di bulan Dzulhijah

Bulan Dzul-hijjah termasuk dalam empat bulan yang dimuliakan Allah. Didalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah yang patut untuk direnungkan bersama. Di dalam bulan ini, jutaan kaum muslimin datang dari segala arah untuk melaksanakan ibadah haji di tanah suci, Makkah. Mereka merekonstruksi sejarah yang pernah dilakonkan oleh bapak tauhid, Ibrahim bersama keluarganya.

Pun bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Dzul-hijjah atau hari 'Arafah. Sedang pada keesokan harinya, sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat 'Idul Adh-ha dan berqurban, menyembelih hewan ternak.

Begitu pentingnya hari-hari awal bulan Dzul-hijjah bisa kita lihat dari beberapa catatan sejarah yang dinukil berikut ini.

Pada tanggal 1 Dzul-hijjah, Allah swt mengampuni dosa-dosa Nabi Adam setelah melakukan kekhilafan. Ketika itu Nabi Adam tergoda oleh rayuan Iblis sehingga ia bersama istrinya memakan buah terlarang. Sebagai sanksinya, Adam diusir dari surga dan diturunkan ke bumi.

Nabi Adam segera menyadari kesalahannya, maka iapun meminta ampun kepada Allah atas segala dosanya. Doa yang dimunajatkan Adam sangat terkenal hingga diabadikan dalam al-Qur'an dan diwiridkan kaum muslimin hingga sekarang. Doa itu adalah:

"Ya Rabb kami, kami telah berbuat zhalim kepada diri kami sendiri. Jika tidak Engkau ampuni dan Engkau kasihi kami, maka jadilah kami orang-orang yang merugi." QS al-A'raaf: 23)

Tanggal 2 Dzul-hijjah, Allah swt mengabulkan doa Nabi Yunus pada saat ia berada di rongga perut ikan paus.

Sebagai nabi, Yunus tak bosan-bosannya menyampaikan risalah kepada ummatnya. Tapi kenyataan berbicara lain, tak satupun di antara mereka yang menerimanya. Padahal Nabi Yunus sudah memberikan ancaman berupa adzab dari Allah SWT.

Dalam suasana hati yang kalut, ia berniat meninggalkan kaumnya. Iapun mengembara sampai pada akhirnya tiba di suatu pantai. Di sana ia melihat ada perahu layar, dan iapun menumpangnya. Nabi Yunus sangat terhibur dalam perjalanan yang menyenangkan ini. Apalagi pemilik perahu dan penumpang lain menyambutnya dengan ramah-tamah.

Di tengah perjalanan Allah swt membuat ketentuan lain. Angin topan bertiup secara tiba-tiba, membuat perahu oleng. Disepakati oleh nahkoda untuk mengurangi beban. Pertama dengan membuang semua barang bawaan, tapi perahu masih tetap oleng. Maka langkah selanjutnya adalah mengurangi penumpang. Untuk itu perlu diundi, siapa yang harus dilempar ke tengah laut. Nasib jualah yang menentukan bahwa Yunus harus dibuang. Dalam kegelapan malam, di tengah ombak dan gelombang besar, ia ditelan ikan yang sangat besar. Namun rupanya Allah masih berkehendak untuk menyelamatkan jiwanya. Iapun masih bisa bernafas walau dalam rongga perut ikan. Pada saat itulah ia berdoa kepada Allah:

"Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." QS al-Anbiya: 87)

Tanggal 3 Dzul-hijjah Allah mengabulkan do'a Nabi Zakariya yang menginginkan seorang putera. Pada saat itu umur Nabi Zakariya sudah sangat tua, 90 tahun. Hampir saja ia putus asa menunggu kehadiran seorang bayi dari darahnya sendiri. Akan tetapi setelah mengetahui putra angkatnya, Maryam mendapatkan rezeki langsung yang turun dari langit, iapun tergugah untuk mendapatkan hal yang sama. Ia berpikir, bukankah Allah tidak terikat hukum kausalitas. Jika Dia berkehendak, apapun pasti terjadi.

Dorongan mempunyai anak itu bertambah besar, tiada malam yang dilewatkan tanpa munajat kepada Allah swt. Ada satu doa yang diulang-ulang pada setiap munajatnya :

"Ya Allah, janganlah Engkau tinggalkan aku seorang diri (tanpa keturunan), sedangkan Engkaulah sebaik-baik pewaris." (QS al-Anbiya:89)

Ketekunan Zakariya tidak sia-sia. Allah mengutus malaikat datang menemuinya untuk memberi kabar gembira bahwa Allah akan memberikan keturunan kepadanya. Malaikat berkata kepada Zakariya :

"Wahai Zakariya, sesungguhnya Allah memberikan kabar gembira kepadamu, bahwa Dia akan memberimu seorang putera yang diberi nama Yahya, yang belum pernah diberikan kepada siapapun nama itu." (QS:Maryam :7)

Mendengar kabar ini Zakariya gugup. Dengan penuh keheranan ia bertanya (ayat selanjutnya), "Bagaimana mungkin aku yang setua ini mendapatkan seorang putra, sedangkan istriku juga mandul?"

Malaikat kemudian meyakinkan, "Bukankah Allah yang menciptakan kamu, tentu Dia mampu pula memberimu seorang putra."

Agar hatinya tenang, Nabi Zakariya minta diberi tanda-tanda. Dalam hal ini Malaikat kemudian berkata, "Sebagai tandanya kamu tidak dapat berbicara dengan orang lain selama tiga hari, selama itu kamu dapat memberi isyarat saja." Dan setelah itu benar-benar terlahir putranya,Yahya.

Tanggal 4 Dzulhijah Nabi Isa dilahirkan. Kelahiran Nabi Isa telah menggegerkan kaumnya, sebab ia lahir tidak seperti bayi-bayi pada umumnya. Ia lahir dari rahim seorang ibu yang masih perawan, yaitu bunda Maryam.

Sejak awal Maryam sangat gelisah akan keadaannya, tapi Malaikat selalu menghiburnya. Pada saat-saat menjelang kelahiran putranya, kegelisahan itu memuncak menjadi tekanan batin yang luar biasa. Tapi Allah tidak terlambat memberi hiburan kepadanya. Dalam hal ini Jibril datang sambil menyeru dari tempat yang rendah, "Sedikitpun janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak bagimu. Maka makan minumlah dan senangkanlah hatimu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernadzar kepada Tuhanku Yang Maha Pemurah untuk tidak berbicara dengan seorangpun pada hari ini.'"(QS Maryam: 24-26)

Setelah Isa lahir, bunda Maryam berketetapan hati untuk kembali ke kampung halamannya. Ia pulang dengan keyakinan yang mantap dan mental yang kuat untuk menghadapi tuduhan-tuduhan kaumnya yang sangat menyakitkan. Tuduhan itu memang benar-benar terjadi. Sebagaimana yang diabadikan dalam al-Qur'an, mereka berkata, "Hai Maryam, sungguh kamu telah melakukan suatu yang tercela. Hai putra Harun, ayahmu itu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu bukanlah seorang pezina."

Menghadapi cercaan ini, Maryam hanya memberi isyarat kepada bayinya. Kali ini sang bayi membuat geger untuk kedua kalinya. Bayi yang masih digendongan itu ternyata bisa memberi jawaban :

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi." (QS Maryam: 30)

Sejak saat itu kelahiran Nabi Isa menjadi buah bibir hingga sekarang. Sebagian mengakui bahwa Isa lahir sebagai anak jadah, sedang yang lain menganggap Isa adalah anak Tuhan yang diturunkan di bumi sebagai juru selamat. Hanya kaum muslimin yang diberi petunjuk oleh Allah yang tetap meyakini bahwa Isa adalah manusia biasa, meskipun lahir tanpa ayah. Bukankah Adam lahir tanpa ibu dan ayah? Bukankah Hawa lahir tanpa ibu? Ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mau berfikir.

Tanggal 5 Dzul-hijjah, Nabi Musa dilahirkan. Ia terlahir di tengah ancaman Fir'aun yang hendak membunuh semua bayi lelaki. Menurut estimasi Fir'aun berdasar ramalan penasehat raja, bayi lelaki yang lahir saat itu bakal menjadi ancaman kerajaan.

Allah swt tidak pernah kalah menghadapi makar siapapun juga. Untuk itu, Allah memberikan ilham kepada ibu Musa agar menghanyutkan bayi lelaki itu di sungai Nil dengan diawasi saudara perempuannya dari jauh. Betapa terkejutnya setelah diketahui bahwa peti bayi itu berhenti di tempat pemandian keluarga Fir'aun.

Pada saat itu istri Fir'aun sedang mandi. Demi melihat peti itu hatinya tertarik untuk mengambilnya. Terbelalaklah ia setelah peti dibuka ternyata berisi bayi yang mungil. Fir'aun dan istrinya sama-sama senang kepada bayi itu.

Keajaiban kembali datang setelah istri Fir'aun mencari perempuan yang mau menyusui bayi yang baru ditemukan. Banyak perempuan yang bersedia tapi justru bayi itu yang menolak. Ia hanya mau disusui oleh satu perempuan, yang kemudian perempuan itu adalah ibu kandungnya sendiri. Bayi ini tumbuh berkembang di kalangan istana, dan kemudian dewasa menentang ayah angkatnya yang angkuh sombong dan memindas rakyatnya.

Tanggal 6 Dzulhijah Allah membuka pintu kebajikan bagi nabi-Nya, sedang tanggal 7 Dzulhijah pintu neraka dikunci sampai lewat tanggal 10. Dua hal ini merupakan harapan setiap orang, yaitu masuk surga dan terhindar dari siksa neraka.

Tanggal 8 Dzulhijah Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah supaya menyembelih anaknya, Ismail. Sehari itu ia berpikir-pikir apakah perintah itu dari Allah atau dari syetan. Karenanya hari itu disebut hari tarwiyah (pikir-pikir).

Tanggal 9 Dzulhijah Nabi Ibrahim diberi tahu oleh Allah bahwa perintah itu datang dari-Nya, bukan dari syetan. Justru karena itu hari itu disebut hari 'Arafah (hari tahu). Setelah mengetahui bahwa itu perintah dari Allah, maka Ibrahim bersegera mendatangi anaknya untuk meminta pendapatnya. Alangkah terkejutnya setelah anak tersebut memberi jawaban yang sangat menggembirakan sekaligus mengharukan. Kejadian ini diabadikan dalam al-Qur'an :

"Wahai putraku, sesungguhnya aku bermimpi seolah-olah aku menyembelihmu, maka pikirkanlah pendapatmu. Ia (Ismail) berkata, 'Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, insya-Allah engkau dapati aku akan bersabar.'" (QS ash-Shaaffat: 102)

Pada tanggal yang sama Allah swt menurunkan wahyu terakhir kepada Rasulullah saw. Saat itu beliau sedang di atas kendaraannya. Segera ayat itu disampaikan kepada ummatnya. Abu Bakar menangis karena ia tahu bahwa tugas Rasulullah sudah paripurna, yang tentu saja akan segera kembali menghadap kepada-Nya. Ayat itu adalah :

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai Islam sebagai agama kalian." (QS Maa-idah: 3)

Tanggal 10 Dzulhijah, adalah hari 'Idul Adh-ha (qurban), dinamakan juga hari Nahar (menyembelih). Pada hari ini ummat Islam diharamkan puasa, tapi dianjurkan melaksanakan shalat 'Idul Adh-ha, dan menyembelih qurban. Semoga kita bisa melaksanakannya.

Semoga Bermanfaat.

Sekian.


Read More......

Berqurban dengan Patungan dan Uang Pinjaman

Ibadah qurban adalah ibadah ritual yang disunnahkan bagi umat Islam. Selain punya dimensi sosial dan teknis, pelaksanaan penyembelihan hewan qurban juga harus memperhatikan sisi tata aturan ritualnya. Sebab menyembelih hewan qurban seharga 1 juta tidak sama nilai ritualnya dengan menyumbang uang tunai 1 juta. Meski sama-sama bermanfaat dan mendatangkan pahala.

Batasan minimal untuk hewan yang bisa dijadikan sembelihan qurban adalah seekor kambing. Dalam pelaksanaannya setiap hewan yang disembelih itu diniatkan sebagai kurbannya siapa atau untuk siapa pahalanya. Sedangkan hewan yang lebih besar seperti sapi, unta, kerbau, lembu dan sejenisnya, boleh juga dijadikan hewan kurban. Dan untuk boleh saja dilakukan untuk 7 orang sekaligus dengan ditentukan siapa saja yang masuk dalam ketujuh orang tersebut. Sedangkan hewan di bawah kambing seperti ayam, itik, bebek, angsa, kelinci dan sejenisnya tidak termasuk hewan yang dibenarkan sebagai sembelihan qurban.

Khusus dalam menyembelih seekor kambing, ada riwayat yang menyebutkan bahwa boleh diniatkan bukan hanya untuk pribadi tapi untuk satu keluarga si penyembelih. Tapi kalau tiga orang yang berbeda keluarga mengumpulkan uang untuk menyembelih seekor kambing, tentu tidak sesuai dengan aturan dan syarat penyembelihan hewan qurban.

Sedangkan praktek yang sering kita lihat dimana sekelompok orang mengumpulkan uang untuk membeli kambing qurban dan disembelih, maka tidak termasuk qurban karena masing-masing hanya mengeluarkan sejumlah kecil uang.

Namun bila ini diterapkan pada anak-anak sekolah dengan tujuan melatih untuk berkurban, bisa saja dilakukan meski hukumnya bukan lagi sembelihan qurban yang mememnuhi syarat fiqih.

Tapi hal itu bisa disiasati dengan membuat kesepakatan. Misalnya sejumlah orang itu mengumpulkan uang untuk dibelikan hewan kurban dan diatas-namakan pada satu orang diantara mereka, maka sebagai sembelihan qurban praktek itu syah karena bukan untuk sejumlah orang tapi untuk satu orang saja. Dan tentunya pahala dan ganjaran penyembelihan hewan qurban itu hanya kepada satu orang itu saja. Sedangkan yang lainnya mendapat pahala bersedekah biasa dan bukan pahala berkurban. Kemudian hal ini digilir tiap tahun sehingga bisa merata, semua kebagian waktu untuk berqurban secara utuh dan bulat.



Pinjam uang untuk qurban pada dasarnya tidak ada larangan. Sebagaimana bolehnya seseorang pinjam uang untuk ibadah haji. Qurban dan hajinya tetap syah bila dilakukan sesuai dengan aturan syariat. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa seorang yang tidak punya harta tidak diwajibkan untuk melakukannya. Jadi sebaiknya tidak memberatkan diri dengan berhutang kesana kesini sekedar untuk mengerjakan ibadah sunnah atau ibadah yang belum diwajibkan atasnya.



Setiap ibadah punya keistimewaan sendiri-sendiri yang spesifik. Sehingga tidak bisa dengan cara sederhana dibandingkan menurut besaran skala tertentu. Di sisi lain, setiap orang punya potensi dan kemampuan yang juga berbeda-beda. Sehingga nilai yang didapat tiap orang tidak selalu sama meski dengan amalan yang nyaris sama.

Bisa jadi hewan kurban sembelihannya si A yang nilai nominalnya di atas Rp 1 juta kalah nilainya di sisi Allah SWT dengan sembelihannya si B yang nilai nominalnya mungkin cuma Rp. 500 ribuan saja. Hal itu karena si A adalah seorang milyuner yang kunci gudang emasnya harus dibawa dengan 40 ekor unta. Kalau orang sekaya itu berqurban hanya seekor kambing dibandingkan dengan si B yang pekerja harian dengan honor seadanya tapi berkurban dengan kambing Rp 500 ribu, tentu saja tidak bisa dibandingkan.

Seandainya anda bukan termasuk orang yang terlalu banyak harta, anda masih bisa meraih pahala yang jauh lebih besar dari sekedar menyembelih hewan qurban. Misalnya dengan mengajarkan ilmu-ilmu yang anda miliki demi kemajuan umat dengan gratis. Sehingga dengan ilmu itu anda bisa menjadikan sekian banyak orang punya pekerjaan dan mereka bisa menghidupi anak istrinya. Bayangkan, berapa banyak pahala yang akan anda panen dan akan terus anda panen hanya dengan mengajarkan beberapa keterampilan yang bisa dijadikan modal untuk mencari rizki. Bahkan sampai masuk liang kubur pun, andaakan tetap menerima 'transfer' hasil jasa anda di alam baka.

Atau bisa juga mewakafkan benda, tanah, rumah atau apapun yang punya manfaat buat orang lain di jalan kebaikan. Selama benda itu masih bermanfaat buat orang lain, maka selama itu pula anda akan menerima pahala yang mengalir dan tidak putus. Seandainya anda punya tanah secuil saja yang anda wakafkan kepada publik untuk pelebaran jalan, maka sampai anda di liang lahat, anda akan terus menerima pahala dari siapa saja yang melewati jalan hasil pelebaran dari tanah anda itu. Silahkan bayangkan sendiri berapa banyak orang yang lewat di tanah wakaf anda dan bergunung-gunung pahala bisa anda terima nyaris tanpa mengeluarkan `tenaga` apapun.

Dan yang paling sederhana dari kedua hal di atas adalah didiklah anak anda menjadi anak sholih, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, pandai membaca Al-Quran, mengerti maknanya, menguasai tafsirnya serta penguasai ilmu-ilmu keislaman sejak dini, menguasai bahasa Arab aktif dan pasif, berguna buat umat Islam dan seluruh umat manusia serta menjadi hamba Allah yang selalu mendoakan anda sebagai orang tua. Bila semua ini anda lakukan dengan serius dan dengan niat yang tulus, insya Allah anak anda akan menjadi tambang emas yang tidak akan pernah habis. Anda akan terus menerus menerima pahala darinya karena keshalihannya dan juga dari doa-doa yang dipanjatkannya kepada Allah.

Landasan pemikiran ini adalah sabda Rasulullah SAW berikut ini:

Rasulullah SAW bersabda, "Bila seorang anak Adam wafat, maka amalnya terputus kecuali tiga hal: [1] Shadaqah jariah, [2] Ilmu yang bermanfaat dan [3] Anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa'i dan Ahmad)

Contoh amal-amal di atas bisa jadi jauh lebih besar keuntungannya dari pada berqurban hewan. Sebab pahalanya terus mengalir sampai meninggal. Tapi sekali lagi, tiap ibadah punya keistimewaan masing-masing. Jadi mari kita berlomba meraih pahala sebanyak mungkin untuk bekal di akhirat nanti.


OLeh : Ahmad Sarwat, Lc.

Read More......

Hikmah : Esensi Berkurban

Republika - Ibadah kurban tidak semata-mata pengorbanan dari orang yang berkurban. Dengan kata lain, ibadah kurban justru memberi keuntungan kepada yang bersangkutan. Secara bahasa kurban diambil dari kata qaraba-yaqrabu-qurbanan, yang artinya pendekatan atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah kurban, dengan begitu, memberi makna bahwa segala perbuatan yang menyebabkan bertambah dekatnya seseorang dalam perjalanannya menapaki ridho Allah SWT.

Dengan makna seperti itu, maka esensi atau nilai ibadah kurban bukan terletak pada besar kecilnya atau sedikit banyaknya hewan kurban yang disembelih. Tetapi, yang justru terpenting, adalah bagaimana tingkat ketakwaan seseorang ketika melaksanakan ibadah kurban. Allah SWT berfirman: ''Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.'' (Al-Hajj: 37).

Selain itu, dalam ibadah kurban juga tersirat pesan-pesan rohani agar kita ikut aktif dan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana persaudaraan. Ini disyaratkan Alquran melalui firman-Nya: ''Maka, makanlah sebagian dari padanya dan sebagian lagi untuk dimakan orang-orang sengsara lagi fakir.'' (Al-Hajj: 28).

Esensi yang terkandung dalam pesan kurban tersebut memberikan metafora agar setiap pribadi memiliki empati sosial yang tinggi. Dengan berempati berarti kita merasakan denyut penderitaan orang lain sebagaimana Rasulullah SAW selalu bergetar hatinya setiap kali melihat penderitaan orang lain.

Di tengah kondisi masyarakat seperti sekarang ini, tentu saja kita rindu terhadap figur suri teladan yang melekat pada diri Rasulullah SAW. Beliau adalah figur yang sangat peka terhadap penderitaan orang lain. Sikap seperti inilah yang tentu saja sangat dibutuhkan pada kondisi kini. Melalui ibadah kurban inilah diharapkan kepedulian kita untuk melaksanakan perintah Allah sebaik-baiknya akan tumbuh berkembang dengan optimal. Demikian pula kepedulian kita terhadap para mustahiq-nya, yakni orang-orang yang membutuhkan hewan kurban yang kini jumlahnya semakin hari semakin banyak.

Karena itu, bagi kaum Muslimin yang diberikan kelapangan rezeki oleh Allah SWT agar segera berkurban, dalam rangka menumbuhkan ketajaman hati, pikiran, dan perasaan sosial. Dengan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, yang berada di berbagai daerah, kita akan merasakan denyut kemiskinan mereka. Dengan demikian, akan meningkatkan kepedulian kepada mereka, terutama kaum dhuafa, yang merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai saudara seiman. Dengan menumbuhkan semangat ingin berbagi dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri yang tak ternilai harganya bagi mereka yang berkurban.

Di hari raya kurban yang tinggal beberapa hari lagi ini, mudah-mudahan semakin banyak kaum Muslimin diberikan kesadaran untuk berkurban demi saudara-saudaranya, dan bukan malah mengorbankan saudaranya.

Oleh : Suprianto

Read More......